Karena kita bisa.
Semua pihak mendukung dan kita serempak berkata kepada Luis Manuel Blanco: Hei Blanco, kami ingin timnas Indonesia kembali berjaya!
Tak ada alasan bagi Blanco untuk gagal, karena itu akan sangat menyakitkan hati seluruh rakyat Indonesia. Blanco didapuk jadi pelatih, di mana dualisme sepak bola Indonesia tak lagi menjadi batu sandungan. Blanco punya banyak stok pemain, menyusul keputusan klub-klub ISL melepas pemainnya ke timnas.
Badan Tim Nasional (BTN) memanggil 58 pemain dan itu direspon positif semua klub, tanpa terkecuali. Pemusatan latihan dimulai 7 Maret di Jakarta, persiapan jelang bentrok kontra Arab Saudi di Stadion Utama Gelora Bung Karno pada 23 Maret mendatang. Harus menang tentu saja, mengingat pada laga sebelumnya Indonesia kalah 0-1 dari Irak. Kekalahan ini membuat langkah Indonesia di Grup C kian berat.
Nama-nama seperti Boaz Solossa, Hamka Hamzah, Greg Nwokolo, Ponaryo Astaman, Ahmad Bustomi, Firman Utina dan Muhammad Ridwan merupakan aset berharga bagi Blanco. Tak hanya skil di atas rata-rata, pemain-pemain ini juga kaya pengalaman jam internasional karena kerap jadi langganan timnas. Bomber anyar Persib Bandung, Sergio Van Dijk, juga masuk daftar panggilan. Demi Blanco, PT Liga Indonesia akan menghentikan kompetisi ISL selama sepekan, terhitung mulai 18 hingga 25 Maret. Langkah ini diambil, mengingat mepetnya persiapan timnas.
BTN paham betul tugas berat yang diemban Blanco yakni lolos putaran final Piala Asia 2015 dan juara Piala AFF tahun depan. Blanco dibayar mahal, setidaknya untuk ukuran pelatih timnas Indonesia. Taican berkebangsaan Argentina itu digaji Rp 2,5 miliar setahun. Blanco dikontrak dua tahun. Ini belum termasuk fasilitas mewah lainnya, seperti apartemen dan tiga kendaraan roda empat plus supir yang siap mengantarkan Blanco ke mana pun dia pergi.
Jadi tak ada alasan, timnas di bawah komando Blanco harus berprestasi. Rakyat Indonesia sudah jenuh, terlalu lama menunggu kebangkitan timnas. Untunglah, Blanco mafhum akan hal itu. Dia tak hanya berjanji, tapi akan membuktikannya juga. Blanco hakul yakin, timnas bisa bangkit. Sebagai langkah awal, kata Blanco, Indonesia bakal sukses mengatasi Arab Saudi. Secara prestasi, Arab Suadi masih lebih kinclong ketimbang Indonesia. Tim berjuluk Al – Sogour tiga kali juara Piala Asia, 1984, 1988 dan 1996. Sementara, Indonesia, prestasi terbaiknya hanya sampai putaran final, 1996, 2004 serta 2007.
Blanco bukan pelatih asing pertama yang menukangi Tim Merah Putih. Sederet nama ada di kepala kita, dan tak banyak yang menorehkan sejarah emas. Antun “Toni” Pogacnik (Yugoslavia), Anatoli Polosin (Rusia) dan Ivan Kolev (Bulgaria) merupakan tiga pelatih asing yang sukses di eranya masing-masing. Pogacnik membawa Indonesia tampil di Olimpiade 1956, juga melaju ke putaran kedua Kualifikasi Piala Dunia 1958 zona Asia Afrika sebelum akhirnya mundur karena menolak bertanding kontra Israel. Polosin mempersembahkan medali emas di ajang SEA Games 1991 di Manila, Filipina. Sejak saat itu, Indonesia belum pernah lagi menjadi yang terbaik di ajang yang sama. Kolev tak kalah apik. Mantan pelatih Persija Jakarta dan Sriwijaya FC itu membawa Indonesia ke putaran final Piala Asia 2004 dan 2007.
Bisakah Blanco secemerlang Pogacnik, Polisin, dan Kolev? Wait and see.
Belum ada memang yang bisa dibanggakan dari Blanco, setidaknya jika ditilik dari prestasinya sebgai arsitek tim. Lahir 13 Desember 1953, Blanco memulai karirnya sebagai pelatih pada 1991. Dia lebih banyak berkecimpung di negara-negara Amerika Latin seperti Meksiko, Bolivia, Paraguay, dan negeranya sendiri, Argentina. Sebelum ke Indonesia, dia menukangi timnas U-21 Cina. Federasi Sepak Bola Cina memecat Blanco karena Negara Tirai Bambu itu tersingkir dari fase Grup Piala Asia setelah kalah berturut-turut dari tiga negara, Thailand, Irak dan Korea Selatan.
Baiklah kita tak mempersoalkan kegagalan Blanco di Cina. Yang jelas, kini dia menjadi pelatih timnas dan segepok asa kita titipkan di pundaknya. Berikan Blanco ruang dan waktu, juga doa. Setuju?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar